Tuesday 7 July 2009

Tawassul (1) Pengantar


Jika kita melihat beberapa kamus bahasa Arab yang sering dijadikan rujukan dalam menentukan asal dan makna kata, maka akan kita dapati bahwa kata “Tawassul” mempunyai arti dari ‘darajah’ (kedudukan), atau ‘qurbah’ (kedekatan), atau ‘washlah’ (penyampai/penghubung). Sehingga sewaktu dikatakan bahwa ‘wasala fulan ilallah wasilatan idza ‘amala ‘amalan taqarraba bihi ilaihi’ berarti ‘seseorang telah menjadikan sarana penghubung kepada Allah melalui suatu pebuatan sewaktu melakukan pebuatan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya’. (Kitab Lisan al-‘Arab karya Ibn Mandzur jilid 11; asal kata wa-sa-la).

Dalam Syarh al Qawim hal 378, al Hafizh al Adari menjelaskan definisi tawassul. Tawassul adalah “memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Alloh dengan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan keduanya.” Definisi ini juga di-amin-i oleh al Hafizh Taqyuddin al Subki. Dewasa ini telah menyebar persepsi yang tidak benar mengenai tawassul, sehingga mereka menuduh kafir dan musyrik bagi pengamal tawassul. Diantara persepsi mereka adalah memohon kepada nabi atau wali untuk mendatangkan manfaat dan menjauhkan dari bahaya dengan keyakinan bahwa nabi atau wali itulah yang mendatangkan manfaat atau bahaya secara hakiki. Jika meninjau dari persepsi ini, maka tidak diragukan lagi bahwa pengamalnya telah kafir dan syirik, namun persepsi ini tidaklah tepat. Persepsi yang tepat adalah seperti yang telah dijelaskan di atas.

Dasar tawassul adalah ayat al Quran yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Alloh dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya…” (QS al Maidah:35). Kata wasilah dalam ayat di atas bermakna umum (‘am) dan mencakup tawassul dengan yang memiliki kemuliaan seperti para nabi dan orang sholih pada saat hidup maupun telah wafat, atau dengan mendatangkan (ityan) amal-amal sholih yang telah dikerjakan. Ayat ini memerintahkan kita untuk mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Alloh, salah satunya dengan tawassul yang esensi sebenarnya adalah tabarruk.


Hakekat Tawassul

Seperti telah dijelaskan di atas, banyak orang yang keliru dalam memahami hakekat tawassul. Baiklah, di sini akan kami jelaskan hakekat dari tawassul tersebut.

Pertama, Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintai-Nya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut.

Kedua, Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.

Ketiga, tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholih. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah swt. Dengan demikian, tawassul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan. Dalam berdoa, yakinlah bahwa doa itu pasti dikabulkan Alloh swt. fadhlan (apalagi) jika dibarengi dengan tawassul, sebagaimana nash Al Quran dan Al Hadits yang akan kami jelaskan, insya Alloh ta’ala.


Bersambung....

elsunni

No comments:

Post a Comment