Saturday 25 July 2009

Tawassul (2) Tawassul dengan Amal Ibadah



Muslimin telah mencapai kata sepakat tentang disyariatkannya tawassul dengan amal ibadah.
Dalil-dalil Al Quran tentang tawassul antara lain:

1. QS Al Isra’: 57
“Orang-orang yang mereka seru (dan) mencari jalan (wasilah) kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.”
Ayat ini adalah kabar dari Alloh kepada umat-Nya yang ahli ibadah untuk bertawassul berupa ibadah dan muroqobah(mendekatkan diri) agar senantiasa mendapatkan rahmat-Nya dan terhindar dari siksa-Nya.

2. QS Al Imran: 16
“(yaitu) orang-orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan jagalah kami dari siksa neraka.’”
Inilah contoh konkrit tawassul yang difirmankan Alloh dalam Al Quran. Dalam ayat di atas digambarkan bahwa orang-orang yang beriman bertawassul dengan keimanan mereka agar terhindar dari siksa neraka.

3. QS Al Imran: 52
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia, ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Alloh?’ Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Alloh. Kami beriman kepada Alloh, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.’”
Ini adalah contoh wasilah umat Nabi Isa. Mereka bertawassul dengan iman agar Alloh jadikan mereka orang-orang yang berserah diri kepada Alloh. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan huruf wawu sebagai athaf yang salah satu faidahnya adalah tartib.

4. QS Al Baqarah: 45
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”

Sedangkan dalil-dalil Al Hadits antara lain:

1. “Diceritakan dari Abdulloh bin Umar bin Khattab ra. : Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tiga rombongan berangkat hingga membawa mereka bermalam di suatu gua, lalu mereka memasukinya. Tiba-tiba sebuah batu besar menimpa dari gunung dan menutup mereka di (dalam) gua. Maka mereka berkata: ‘Alloh tidak akan menyelamatkan kalian semua dari batu besar ini kecuali kalian berdoa kepada Alloh dengan amal sholih kalian.’ Seorang laki-laki diantara mereka berdoa, ‘Ya Alloh, aku mempunyai dua orang tua yang renta hingga aku tidak pernah mengambil persediaan air minum sore, baik untuk keluarga atau harta (hewan) sebelum mereka berdua. Suatu hari aku jauh mencari pohon (untuk memberi makan hewan yang akan diperah susunya). Maka demi mereka berdua akupun tidak beristirahat hingga kudapati mereka berdua telah tertidur, lantas aku memerahkan susu untuk minum sore beliau berdua, (tapi) kudapati mereka berdua sedang tidur dan aku tidak berani membangunkannya. Aku juga takut memberikan susu minum sore untuk keluarga dan harta (hewan) ku sebelum mereka berdua. Aku diam diri sambil menggenggam wadah susu, aku tunggu beliau berdua bangun hingga terbit fajar tampak terang dan anak perempuan(ku) merengek di samping kakiku. Ya Alloh jika aku kerjakan perbuatan itu untuk mendapat ridlo-Mu semata, maka belahlah batu besar yang membuat aku terkurung di dalamnya.’ Kemudian terbelahlah bagian batu tersebut tapi mereka belum bisa keluar dari tempat itu.Orang yang lain berkata, ‘Ya Alloh, aku mempunyai (hubungan)anak perempuannya paman yang sangat aku cintai.’ –sebagian riwayat— ‘Aku mencintainya selayaknya para lelaki yang mencintai wanita. Maka aku menginginkan dirinya, lalu dia menolakku selama setahun, kemudian dia datang kepadaku, lantas aku beri dia seratus dua puluh dinar dengan syarat mau di tempat sunyi untuk berdua aku dengan dia. Dia melakukan (syarat tersebut). Hingga aku merengkuhnya –sebagian riwayat—ketika aku duduk diantara kedua kakinya, wanita tersebut berkata, ‘Bertakwalah kepada Alloh dan jangan kau bedah keperawanan kecuali haknya (nikah). ’ Serentak aku meninggalkan dia disaat aku sangat mencintainya. Dan kutinggalkan emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Alloh, jika karena kulakukan hal itu hanya untuk mendapat rahmat-Mu, maka bukalah batu besar yang menutupiku di dalamnya. ‘Lantas batu itu terbelah, namun mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang ketiga berkata, ‘Aku menyewa beberapa pekerja dan telah kuberikan upah kepada mereka kecuali satu orang yang lebih dulu meninggalkan tempat kerjanya. Lantas aku kembangkan upah tersebut hingga menjadi harta yang banyak.Setelah beberapa waktu orang tersebut datang kepadaku seraya berkata, ‘Wahai hamba Alloh, bayarlah upah kepadaku.’ Aku menjawab, ‘Semua yang kau lihat berupa unta, lembu, kambing, dan budak adalah upahmu.’ Dia berkata, ‘Wahai hamba Alloh, jangan kau menghina diriku.’ Aku menjawab, ‘Aku tidak menghinamu.’ Orang tersebut lantas mengambil semua harta lantas pergi tanpa meninggalkan harta sedikitpun. Ya Alloh, jika kulakukan hal tersebut hanya untuk mencari rahmat-Mu, maka bukakanlah batu besar yang menutupiku di dalamnya.’ Lantas batu besar tersebut terbelah, merekapun keluar dari gua tersebut dengan berjalan.” HR Bukhari-Muslim

2. “Diceritakan dari Ibnu Abbas ra. berkata Rasulullah saw.ketika bangun bertahajjud berdoa: ‘Ya Alloh Tuhanku, segala puji atas-Mu yang menegakkan langit, bumi, dan segala isinya. Dan segala puji bagi-Mu. Engkau adalah Haq, janjiMu adalah haq, bertemu dengan-Mu adalah haq, firman-Mu adalah haq, surga adalah haq, neraka adalah haq, para nabi adalah haq, nabi Muhammad adalah haq, dan hari kiamat adalah haq. Ya Alloh, hanya pada-Mu aku pasrah, dan dengan dzat-Mu aku beriman, dan atas diri-Mu aku pasrah dan dengan (pertolongan-Mu) aku membuat permusuhan, dan (dengan pasrah) pada-Mu aku membuat kebijaksanaan. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang terdahulu dan yang akan datang, dan dosa yang aku rahasiakan dan yang aku tampakkan.’”
HR Bukhari, Muslim, an Nasai, Ibn Majah, dan al Baihaqi
Selain menerangkan tentang tawassul, hadits ini juga menjelaskan tentang diperkenankannya berdoa dan berzikir dengan jahr (suara keras), asalkan tidak berteriak, karena jika Nabi tidak mengeraskan bacaan beliau, tentu Ibnu Abbas tidak akan mendengar doa Rasulullah saw.
Dan masih banyak hadits lain yang menerangkan diperkenankannya doa dan zikir yang dibaca secara jahr. Hal ini tidaklah bertentangan dengan ayat Al Quran “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan khufyah (samar)...” QS Al A’raf: 55, maksud dari khufyah (samar) adalah ikhlas, demikian menurut Tafsir Qodli Baidlowi.

3. “Diceritakan dari Syaddad bin Aus: Rasululloh saw. bersabda: ‘Sayyidul Istighfar adalah hendaknya seorang hamba mengucap: Ya Alloh Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau menciptakanku, aku hambaMu, aku berada dalam perjanjian denganMu dan ikrar padaMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan apa yang aku perbuat, aku mengakui terhadap nikmatMu terhadapku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain Engkau.’” HR Bukhori
Doa ini dinamakan sayyidul istighfar karena mencakup seluruh makna dan esensi taubat.
Masih banyak hadits Nabi yang menjelaskan tentang disunnahkannya tawassul dengan amal ibadah. Kesunnahan bertawassul ini juga telah diterangkan secara panjang-lebar oleh Ibn Taimiyah (idealis utama Wahhabiyah) dalam kitab-kitabnya, khususnya kitab risalah Qoidah Jaliyyah fi al Tawassul wa al Wasilah.


bersambung...
Wallohu a'lam
el sunni

No comments:

Post a Comment